Banjir yang kaitannya erat dengan permasalahan
kependudukan di Indonesia, menjadi momok tahunan untuk beberapa wilayah. Hal
ini perlu menjadik kajian dari sisi pendidikan yang turut pula mempengaruhi
tingkat kesadaran dari penduduk tersebut. Kebiasaan masyarakat yang membuang
sampah bisa juga menjadi permasalahan penyebab utama banjir, karena penyumbatan
dari akumulasi sampah yang menahan laju air di sungai – sungai atau saluran air
lainnya.
Padahal pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang
tentang pembuangan sampah yang sembarangan berupa sanksi denda pidana sebesar
50.000 sampai 100.000 rupiah. Peraturan denda itu juga relatif bagi tiap
pemerintahan daerah di masing - masing
wilayah yang mempunyai hak otonom tersendiri sesuai dengan keadaan masyarakat
serta lingkungan. Secara hukum jelas ada peraturan, tetapi dalam pelaksanaan
itu sendiri perlunya kesadaran bersama guna mewujudkan ketertiban yang sesuai
dengan apa yang diharapakan. Inilah yang menjadi PR terbesar bagi bangsa
Indonesia karena kesadaran itu timbul dari satu orang, kemudian menyebar ke
banyak orang dan kemudian menjadi satu gerakan besar yang mampu merubah
kebiasaan, kelakuan serta karakter bangsa itu sendiri.
Contoh kongkritnya bisa kita lihat di pinggiran - pinggiran sungai yang tidak lain adalah
merupakan gambaran – gambaran di slum area atau pemukiman kumuh, kita ambil
contoh di DKI Jakarta, karena disitu begitu jelas nila – nilai kontras yang
ada. Di sisi lain berdiri gedung – gedung berlantai yang mewah dengan fasilitas
bintang lima, tetapi disisi lain masih ada masyarakat yang masih tinggal di
pemukiman yang tidak layak huni bahkan memprihatinkan.
Penampakan seperti ini pernah menjadi perbincangan
mengenai pembenahan tata ruang perkotaan yang sudah termaktub dalam perda. Lagi
– lagi peraturan ini berbenturan dengan keadaan administratif penduduk secara de yure, karena setahu mereka sudah
membayar biaya tersebut ke orang “pemerintah”, dan sudah ada tanda
administratif di wilayah setempat. Pembenahan secara total tidak bisa berjalan
dengan mulus karena adanya oknum – oknum dibawah payung hukum yang bermain dan turut
serta demi memperoleh keuntungan sepihak. Keadaan seperti inilah yang terus
membayangi pemerintah soal kependudukan.
Jika dibahas dari segi geografi penduduk,
pembangunan yang baik adalah yang mempertibangkan berbagai faktor, seperti :
-
Ekonomi (
efisiensi )
Sesuai dengan teori dari Alfred Webber “least cost
location”, yaitu penekanan biaya transportasi atau mobilitas yang membutuhkan
harga operasional dengan orientasi tertentu sesuai dengan kebutuhannya.
Hal ini dapat
menjadi pertimbangan karena dengan kita menggunakan tatakeruangan akan tercipta
keteraturan dalam berdirinya bangunan tersebut, jadi tidak merusak pemandangan.
-
Lingkungan
Pembangunan yang berbasis kelingkungan merupakan
cara yang harus ditanamkan di setiap aspek pembangunan, terkait dengan adanya
isu global warning dan taraf perkembangan kebudayaan manusia yang kini telah
mencapai kepada wabah “Eco Boom”. Karena
dengan mempertimbangan aspek ini, secara umum lingkungan hijau akan terjaga
keasriannya, dan sirkulasi udara sejuk yang menandakan bahwa kadar CO2
sedikit layak bagi kehidupan manusia yang sehat.
Keadaan fisik ( alam ) dan organisme yang hidup di
dalamnya ( termasuk manusia ) selayaknya harus berjalan dengan harmonis.
Alampun memiliki aktifitasnya sendiri dikala siklus maupun gejala yang ada
berkaitan dengan kehidupan manusia. Erupsi gunung berapi misalnya, manusia
hanya bisa mendeteksi gejala – gejala awal erupsi akan terjadi dengan ilmu dan
pendekatan multidisiplin yang ada. Tetapi manusia sampai sekarang ini belum
bisa memprediksikan secara tepat kapan gunung itu akan erupsi. Buktinya masih
ada saja korban jiwa akibat dari bencana tersebut.
Peta Zonasi Banjir Lahar Dingin |
Alampun berdampak positif dengan kehidupan manusia,
karena dibalik bencana tersebut terselip hikmah dan makna yang berlimpah.
Kesuburan ditanah vulkan memberikan rezeki bagi para petani dan penggiat
kehidupan dari kandungan nutrien dalam tanah itu. Pasir dari merapi adalah
contoh lain yang dapat dimanfaatkan. Kualitas pasir yang baik menjadikan harga
pasir tiap truknya mencapai 4 juta-an. Hal tersebut juga dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar untuk aktifitas ekonomi mereka dengan menambang pasir.
Banjir selain diakibatkan oleh ulah jahil tangan
manusia yang kurang bertanggung jawab, juga tidak sepenuhnya bisa disalahkan,
akan tetapi sebagaimana layaknya manusia yang diberi akal sehat dan pikiran
seharusnya mampu mengatasi permasalahan. Tidak seenaknya sendiri tanpa
memikirkan dampak panjang dari limpahan akumulasi perbuatannya dimasa depan. “Secara
tidak langsung efek yang nampak akan terasa untuk 20 ke depan” ( Al-Gore :
Environmental ).
0 komentar:
Posting Komentar
bagaimana tanggapan anda...?saran, kritik, karena kita sama - sama belajar.